Dunia telah berubah, informasi melesat tanpa jeda. Semua hal berlomba masuk ke layar, ke dalam genggaman, ke dalam pikiran, ke dalam keyakinan. Dakwah pun harus bertransformasi, tak lagi cukup hanya bersuara di mimbar. Zaman kini menuntut kita hadir di ruang digital, tempat jutaan hati menanti arah.
Layar 6 inci menjadi medan baru peradaban. Di sana anak-anak muda tumbuh, mencari makna, dan mengenali dunia. Ia bukan sekadar alat, tapi ruang tempat hidup dijalani. Hari ini, anak-anak muda bertanya pada gadget. Tentang cinta, tentang hidup, bahkan tentang Tuhan. Mereka lebih dulu mengetik di kolom pencarian daripada membuka mushaf atau bertanya pada guru.
Mereka berdialog dengan AI, bukan dengan ulama. Lalu AI pun menjawab, dengan data, bukan dengan adab. Dengan logika, bukan dengan ruh. Jika kita tak hadir memberi arah, maka ruang itu akan diisi oleh algoritma. Bukan Al-Qur’an, bukan hadis, bukan bimbingan, tapi mesin yang tak kenal iman.
AI bisa menjadi kekuatan yang berbahaya tanpa nilai. Jawaban tentang agama bisa terdengar masuk akal, tapi kehilangan adab, kehilangan hikmah, dan melukai ruh ajaran Islam. Apa gunanya ilmu tinggi, jika hanya diam di rak buku? Apa artinya kita belajar bertahun-tahun, jika suara kita tak pernah sampai ke mereka yang bertanya?
Dakwah tak boleh tertinggal, ia harus hidup di tempat di mana umat berada dan hari ini, umat itu hidup di dunia digital. AI bukan musuh, ia bukan pengganti, ia adalah alat. Dan di tangan da’i yang bijak, ia bisa menjadi sahabat dakwah yang mempercepat dan memperluas jangkauan. Saatnya menyatukan Ilmu + Adab + Teknologi. Menciptakan dakwah yang membumi dan menjulang. Mengajarkan Islam dalam bahasa zaman, tanpa kehilangan ruh zaman Nabi.
Bayangkan engkau mampu menyusun narasi dakwah yang viral. Menjangkau hati lewat video pendek, kutipan bijak, dan konten yang menarik, namun tetap penuh makna. Bayangkan AI menjadi pena dakwahmu. Membantu menyusun khutbah, membuat konten edukatif, dan menjawab pertanyaan umat, dengan arahanmu, bukan semaunya.
Jika bukan kita yang mengisi ruang ini, siapa lagi? Jika para penjaga nilai memilih diam, maka layar-layar itu akan bicara sendiri, tanpa kendali, tanpa tuntunan. Sudahkah engkau siap mengambil peran ini? Ataukah kita akan membiarkan generasi kita belajar Islam dari mesin, bukan dari manusia yang dibimbing wahyu?
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.