Wahai jiwa yang letih, yang matanya telah basah oleh tangis penyesalan, yang dadanya terasa sesak oleh sesal yang menggunung, berhentilah sejenak. Dengarkan bisikan langit yang lembut itu. Ada suara yang lebih halus dari angin, lebih damai dari sejuk embun pagi, yang memanggil namamu dengan kasih yang tak pernah pudar: “Hai hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap dirinya sendiri…”
Kau yang merasa kotor oleh dosa, yang merasa hina oleh kegagalan demi kegagalan, jangan biarkan harapanmu dikubur oleh rasa bersalah. Sesungguhnya, rahmat Tuhanmu lebih luas dari samudra, lebih tinggi dari langit, lebih dalam dari luka hatimu. Ketika manusia menjauh darimu karena dosa, Allah justru mendekat karena rahmat-Nya.
Tak peduli seberapa hitam lembaran masa lalu yang kau sembunyikan, tak penting berapa kali kau jatuh dan gagal menjadi baik. Tuhanmu tidak melihatmu dengan amarah yang murka, tapi dengan mata kasih yang senantiasa membuka pintu pulang. Ampunan-Nya tidak terbatas oleh jumlah, tidak lelah oleh permintaan, tidak lelah menunggu.
Bahkan jika dosamu setinggi gunung, selebar lautan, sejauh cakrawala, Dia tetap berkata: “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” Bukankah itu sapaan paling lembut dari langit? Bukankah itu pelukan paling hangat untuk jiwa-jiwa yang hancur oleh penyesalan?
Lihatlah, betapa Allah tidak pernah memalingkan wajah-Nya darimu, bahkan saat kau berpaling dari-Nya. Ia tetap mengirim pagi untuk menyapa, malam untuk memeluk, hujan untuk menyucikan. Ia tidak lelah menaburkan petunjuk dalam hidupmu, hanya agar kau tahu engkau tidak pernah benar-benar sendiri.
Wahai hati yang terluka oleh kesalahan, jangan ragu mengetuk pintu ampunan. Teteskanlah air matamu di sajadah keheningan, dan rasakan bagaimana cinta Tuhan menetes lebih deras dari tangismu. Tak ada yang terlalu terlambat, tak ada yang terlalu rusak, selama engkau masih mau berbalik kepada-Nya.
Ketahuilah, Dia adalah Al-Ghafur, Maha Pengampun, yang mencintai setiap hamba yang datang dengan hati remuk dan mulut gemetar. Setiap langkahmu menuju-Nya, dibalas dengan pelukan yang hangat. Setiap bisikan doa yang kau ucapkan di tengah malam, dijawab dengan kasih yang membasuh luka-luka lama.
Rahmat-Nya bukan untuk mereka yang sempurna, tetapi untuk mereka yang mau kembali. Bukankah lautan tidak menolak aliran sungai yang kotor? Maka Tuhan pun tidak menolak jiwa-jiwa yang ingin bersuci, meski berulang kali terjatuh dalam lumpur dosa. Dia lebih mengenalmu dari dirimu sendiri, dan tetap memilih untuk mencintaimu.
Maka kembalilah. Bukan karena kau suci, tapi karena Dia Maha Menyucikan. Bukan karena kau kuat, tapi karena Dia Maha Menguatkan. Biarkan hatimu luluh dalam doa, biarkan lidahmu kaku dalam dzikir yang patah, sebab Tuhan tahu bahasa air mata lebih baik dari lantunan kata.
Wahai hamba yang tersesat dalam gelap, sinar-Nya tidak pernah padam. Dan setiap langkah menuju cahaya adalah kemenangan. Peluklah harapan itu lagi. Sebab Allah, Tuhanmu yang Maha Penyayang, masih menunggumu pulang dengan senyum yang tak pernah pudar.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.