Ingin tahu siapa dirimu? Jangan tanya pada cermin, sebab ia hanya memantulkan rupa. Lihatlah pada jejak yang tak kau sadari, riwayat pencarian yang kau ketik diam-diam, saat dunia tak menyapa, dan sunyi jadi sahabatmu. Di sanalah dirimu berbicara tanpa suara, mengungkap segala ingin dan gelisah yang tak pernah kau ucapkan.
Ingin tahu siapa dirimu? Jangan tanya pada cermin, sebab ia hanya memantulkan rupa. Lihatlah pada jejak yang tak kau sadari, riwayat pencarian yang kau ketik diam-diam, saat dunia tak menyapa, dan sunyi jadi sahabatmu. Di sanalah dirimu berbicara tanpa suara, mengungkap segala ingin dan gelisah yang tak pernah kau ucapkan.
Bukan wajah yang kau poles setiap pagi, bukan senyum yang kau latih di depan kamera, melainkan apa yang kau cari saat sepi menggigit, saat resah mengetuk di tengah malam itulah engkau. Apa yang kau butuhkan di saat tak ada yang melihat, itulah jeritan paling jujur dari hatimu yang tersembunyi.
Tengoklah daftar tontonanmu, film dan video yang kau pilih tanpa disuruh, tanpa dorongan, tanpa tuntutan. Itulah taman bermain pikiranmu, tempat jiwamu berkelana bebas tanpa topeng. Apakah ia penuh tawa? Atau luka yang belum sembuh?
Isi galeri di ponselmu adalah kisah tak tertulis. Foto-foto yang kau simpan diam-diam, tangkapan layar dari percakapan yang menggugah, kenangan yang kau takutkan untuk dilupa. Di sanalah tersimpan serpihan hati, yang kau rawat dalam diam, karena tak semua bisa dibagikan pada dunia.
Casing bisa kau ganti, warna bisa kau pilih sesuka hati. Tapi apa yang tersembunyi dalam ruang kecil itu, dalam memori digital yang tak bernyawa, adalah potret hakikatmu yang tak terbantah. Ia tak pernah berdusta, hanya menunggu untuk kau akui.
Kita hidup dalam dua dunia: yang terlihat, dan yang tersembunyi. Yang satu kita bentuk untuk menyenangkan, yang lain kita rawat dalam diam untuk bertahan. Namun lambat laun, dunia tersembunyi itulah yang lebih jujur bicara tentang siapa kita, tanpa riasan, tanpa sandiwara.
Ada rahasia yang tak pernah kita ceritakan, bukan karena kita ingin berbohong, tapi karena kita sendiri belum siap untuk mengakuinya. Riwayat pencarian kita adalah doa yang tak terucap, galeri kita adalah altar dari rasa yang belum selesai. Dan tontonan kita itu cermin dari apa yang jiwa kita rindukan.
Tidakkah kau tertegun, saat menyadari bahwa dunia yang kau genggam itu menyimpan begitu banyak tentangmu? Ia tahu kapan kau paling rapuh, apa yang membuatmu tersenyum tanpa sadar, dan kenapa kau menangis tanpa sebab.
Maka berhentilah sejenak dari keramaian. Buka kembali folder-folder yang kau lupakan. Bacalah dirimu sendiri, dari data yang kau buat tanpa sengaja. Kau akan temukan seseorang yang mungkin telah lama tak kau kenali: dirimu sendiri.
Jangan takut untuk jujur pada diri sendiri. Karena kejujuran tak selalu harus diumbar, cukup diakui dalam hening. Ponselmu mungkin tak punya jiwa, tapi ia memantulkan bayangan jiwamu dengan lebih jujur daripada cermin manapun. Dan mungkin, dari sanalah perjalanan pulang itu bermula.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.