Di sebuah sudut damai Yogyakarta, berdiri lembaga yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi juga menyulam jiwa, SMPIT LHI Banguntapan, Bantul - Yogyakarta. Bukan hanya sekadar tempat bernaungnya anak-anak dalam belajar, tetapi rumah kedua yang memeluk setiap pribadi dengan kehangatan kasih dan visi yang penuh makna. Di sanalah, pendidikan tidak dipaksa untuk sekadar mengejar angka, tapi digiring perlahan menyentuh hakikat kehidupan.
Melalui kurikulum nasional yang didekap erat dengan pendekatan Pendidikan Holistik Integral, sekolah ini menyalakan lilin di ruang-ruang kesadaran siswa. Bukan hanya otak yang dirangsang untuk berpikir, tetapi hati pun diajak untuk merasakan, menyelami, dan memahami kehidupan dari sisi terdalam. Karena sesungguhnya, pendidikan adalah seni menumbuhkan manusia utuh, sadar, dan merdeka dalam jiwanya.
Di kelas VII SMPIT LHI, ketika jiwa-jiwa muda mulai belajar membedakan antara hiruk dan hening, antara bising dunia dan bisik batin, mereka diajak menapaki jalan yang sering dilupakan, jalan menuju kesehatan jiwa (mental mealth). Bukan hal yang mudah, namun bukan pula sesuatu yang layak dihindari. Mental health bukan sekadar wacana, ia adalah denyut nadi dari ketahanan hidup manusia di zaman yang penuh turbulensi ini.
Projek ini bukan hanya tugas belajar, melainkan sebuah perjalanan sunyi ke dalam diri sendiri. Anak-anak diajak duduk berhadapan dengan cermin batin, menatap luka yang mungkin tersembunyi, kegelisahan yang tak terucap, dan harapan yang diam-diam tumbuh di sela keraguan. Mereka menulis, mereka menggambar, mereka berbicara dengan cara yang paling jujur yang bisa mereka lakukan.
Di tengah eksplorasi itu, ada yang menangis dalam diam, ada pula yang tertawa setelah sekian lama terlupa. Karena membicarakan kesehatan mental bukan hanya tentang memahami definisi, tetapi tentang mengizinkan diri untuk merasa tak peduli seberapa rumit, seberapa gelap, atau seberapa rapuh. Di ruang kelas yang biasanya penuh teori, kini hadir kelembutan, empati, dan keberanian.
Guru-guru bukan lagi sekadar pengajar, tapi menjadi penuntun jiwa. Mereka mendengar lebih dari sekadar kata, melihat lebih dari sekadar tingkah. Dengan kelembutan yang tak menghakimi, mereka mendampingi setiap anak untuk bertumbuh dalam keutuhan dirinya. Karena sejatinya, anak yang dihargai perasaannya, akan menjelma menjadi manusia yang menghargai kehidupan.
Melalui Pendidikan Holistik Integral yang diterapkan nya, menyadarkan bahwa tidak ada potensi yang benar-benar muncul dari paksaan. Ia harus digali dengan sabar, dirawat dengan kasih, dan disiram dengan pemahaman. Saat anak merasa aman secara batin, barulah ilmu pengetahuan masuk tanpa hambatan, seperti air yang mengalir tenang menuju tanah yang subur.
Projek mental health ini hanyalah satu langkah, tetapi dampaknya menembus ruang dan waktu. Ia memberi anak-anak keberanian untuk menyuarakan isi hati, untuk mencari bantuan tanpa malu, dan untuk menjadi penopang bagi temannya yang mungkin sedang lelah. Perlahan, mereka belajar bahwa menjadi kuat bukan berarti menolak rapuh, tapi mampu berdamai dengan segala bentuk luka.
Begitulah SMPIT LHI menapaki jalan pendidikan tidak tergesa, tidak terjebak pada angka dan ranking. Tapi menenun jati diri anak-anak dengan benang kasih dan kebijaksanaan. Karena sejatinya, dunia membutuhkan lebih banyak manusia yang utuh yang berpikir jernih, merasa dalam, dan hidup dengan penuh kesadaran.
Dan di balik setiap senyum anak yang pulang dari sekolah dengan hati ringan, ada jejak kerja diam-diam dari para pendidik, dari kurikulum yang dirancang dengan cinta, dan dari keberanian sebuah institusi untuk mengatakan bahwa jiwa anak-anak adalah hal paling utama. Di situlah letak sejati dari pendidikan yang mencerahkan.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.