Berbeda dari game populer seperti Mobile Legends atau Free Fire, Roblox bukanlah satu permainan tunggal, melainkan sebuah platform kreatif yang memungkinkan siapa saja untuk menjadi pencipta, bukan sekadar pemain. Di dalam Roblox, anak-anak hingga remaja tidak hanya bermain game mereka bisa menciptakan dunia mereka sendiri, menyusun cerita, merancang karakter, bahkan mengatur aturan permainannya. Inilah yang menjadikan Roblox lebih dari sekadar hiburan: ia adalah wadah berimajinasi tanpa batas.
Pertama, Roblox membuka ruang luas untuk kreativitas dan imajinasi. Dengan alat seperti Roblox Studio, pemain bisa menuangkan ide liar mereka menjadi kenyataan digital. Ini serupa dengan semangat Ibnu Haytham, ilmuwan Muslim pelopor metode ilmiah yang menjadikan imajinasi sebagai pintu awal eksperimen. Seperti halnya Leonardo da Vinci yang menyatukan seni dan sains, Roblox memadukan seni visual dengan logika sistemik sebuah kombinasi yang sangat kaya untuk perkembangan intelektual.
Tak hanya itu, Roblox juga mengajarkan pentingnya kolaborasi. Banyak game di platform ini mendorong pemain untuk bekerja sama, membangun dunia bersama, bahkan berdiskusi dan berbagi ilmu antar-pencipta. Hal ini mencerminkan semangat Piagam Madinah yang diprakarsai Rasulullah SAW di mana perbedaan bukanlah halangan, tapi kekuatan untuk menciptakan harmoni. Nelson Mandela pun menjadi simbol dunia tentang betapa kuatnya kerja sama dan dialog dalam membangun perdamaian.
Roblox menjadikan belajar terasa menyenangkan. Konsep learning by doing terwujud nyata saat anak-anak belajar coding, logika, dan desain game sembari bermain. Ini sejalan dengan filosofi Al-Khwarizmi, bapak aljabar, yang menekankan pentingnya pengalaman dan praktik dalam belajar. Tokoh pendidikan modern seperti Seymour Papert juga menekankan pentingnya pembelajaran berbasis eksplorasi dan Roblox memberikan panggung nyata untuk hal itu sejak usia dini.
Lebih dari sekadar belajar, Roblox juga menanamkan jiwa kewirausahaan. Pemain bisa membuat dan menjual item atau game buatan mereka, menghasilkan penghasilan dari kreativitas. Ini menumbuhkan kemandirian, inovasi, dan kemampuan melihat peluang. Abdurrahman bin ‘Auf menjadi contoh ideal: seorang sahabat Nabi yang sukses secara bisnis namun tetap rendah hati dan dermawan. Dalam dunia modern, semangat ini tercermin dalam sosok seperti Elon Musk yang mendorong generasi muda menciptakan solusi dan teknologi baru sejak muda.
Namun, dunia digital juga menuntut tanggung jawab. Roblox mengajarkan etika dalam berinteraksi, menjaga privasi, menghindari hoaks, dan bersikap sopan di ruang daring. Ini adalah pelajaran penting di era digital, sejalan dengan nilai-nilai yang ditekankan oleh Hasan Al-Basri, yang menekankan pentingnya tanggung jawab pribadi atas setiap tindakan. Di sinilah konsep netiket atau etika digital menjadi bagian tak terpisahkan dari akhlak modern.
Dengan bimbingan yang tepat, Roblox menjadi sarana pengembangan karakter. Anak-anak belajar berpikir kritis, menyelesaikan masalah, berani mencoba, serta memahami proses gagal dan bangkit kembali. Mereka tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen ide dan solusi. Ini adalah investasi besar untuk membentuk generasi pembelajar yang tangguh dan adaptif di masa depan.
Yang menarik, Roblox juga bisa menjadi jembatan lintas budaya. Karena bersifat global, para pemain terhubung dengan berbagai latar belakang, bahasa, dan kebiasaan. Ini mendorong toleransi, keterbukaan, dan rasa ingin tahu terhadap dunia luar. Dalam konteks inilah, Roblox bukan hanya permainan digital, tapi pengalaman lintas batas yang membentuk karakter global.
Sebagai orang tua, guru, atau pendidik, penting bagi kita untuk tidak hanya membatasi, tetapi mengarahkan. Roblox bisa menjadi platform yang sangat positif jika digunakan dengan bijak: melalui pengawasan, diskusi, dan dukungan dalam proses kreatif anak-anak. Edukasi digital tak cukup dengan larangan, tapi harus diiringi dengan pendampingan yang empatik.
Kesimpulannya, Roblox adalah cermin zaman. Ia menggabungkan teknologi, kreativitas, komunitas, dan nilai-nilai pembelajaran dalam satu wadah. Jika para ilmuwan masa lalu menggunakan pena dan perkamen, maka anak-anak masa kini punya Roblox dan perangkat digital. Perbedaannya hanyalah alat tapi semangat belajarnya tetap sama: ingin tahu, ingin mencoba, dan ingin berkembang. Dan di situlah harapan kita untuk masa depan.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.