Wahai jiwa yang lelah karena terlalu banyak mengatur, berhentilah sejenak. Dunia ini tidak tunduk pada kehendakmu semata. Tidak semua yang kau kejar akan datang dalam waktumu. Dan tidak semua yang kau khawatirkan, benar-benar akan terjadi. Ada tangan lembut yang lebih tahu ke mana arah hidupmu seharusnya berjalan. Ia adalah Allah.
Kita hidup dalam bayang-bayang rencana. Menyusun hari esok dengan pena kehendak yang rapuh. Kita lupa bahwa tak satu detik pun bergerak tanpa izin dari-Nya. Kita berlari mengatur, namun Dia telah selesai menulis. Kita gelisah memikirkan hasil, padahal hasil itu sudah berada dalam genggaman takdir yang tak pernah keliru.
Istirahatkan dirimu dari menjadi pengatur semesta. Hiduplah sebagai hamba yang percaya, bahwa Allah tidak pernah meninggalkan makhluk-Nya dalam kekosongan. Biarkan Dia yang mengatur, karena Dia tahu apa yang tidak kau tahu. Dia melihat jauh ke depan, sementara penglihatanmu hanya sampai ke batas air mata.
Kadang, Allah menahan sesuatu darimu bukan karena Ia pelit memberi, tapi karena Ia tahu waktu terbaik untukmu adalah nanti. Ia tidak menunda karena benci, Ia hanya sedang mendidikmu untuk percaya. Agar cinta-Nya tak hanya kau pahami saat bahagia, tapi juga saat kecewa, saat tidak paham apa-apa.
Betapa letihnya jiwa yang merasa harus mengatur segalanya sendiri. Setiap kegagalan dianggap akhir, setiap keterlambatan dianggap musibah. Padahal bisa jadi, itu adalah kasih sayang-Nya yang sedang menyelamatkanmu dari jalan yang tidak engkau lihat bahaya di baliknya.
Ketika kau berserah, bukan berarti kau menyerah. Tapi kau sedang mempercayakan urusan kepada Zat yang tak pernah tidur, tak pernah lengah, dan tak pernah salah menilai. Berserah itu bentuk tertinggi dari akal sehat, karena akal tahu: ada batas yang ia tak sanggup lewati.
Berhentilah bertanya: "Kenapa begini? Kenapa tidak begitu?" Dan mulailah berkata: "Apa yang Allah rencanakan pasti lebih baik." Sebab rencana-Nya adalah jawaban dari doamu yang dulu pernah kau panjatkan dalam tangis, meski kau sendiri mungkin sudah lupa.
Jika hatimu terasa berat karena belum juga menerima takdir-Nya, mungkin karena kau terlalu keras memegang rencanamu sendiri. Lepaskan perlahan, dan rasakan bagaimana lapangnya dunia ketika beban itu tak lagi kau pikul sendirian.
Allah tidak menciptakanmu untuk selalu berada di garis depan perjuangan. Ada waktu di mana tugasmu hanya diam, menunggu, dan percaya. Karena dalam diam yang berserah, ada ibadah yang tak kalah indahnya dengan gerak yang sibuk.
Maka tidurlah dengan tenang malam ini. Biarkan Allah yang berjaga atas mimpi dan harapanmu. Engkau hanya hamba, dan itu bukan hal yang hina. Justru dalam penghambaan itulah letak kemuliaanmu. Sebab engkau punya Allah… yang tak pernah berhenti mengatur hidupmu dengan penuh cinta.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd