Ketika langit malam Cordoba dipenuhi bintang-bintang, di bawahnya hidup seorang cendekiawan yang menjadikan langit sebagai kitab, dan ilmu sebagai zikir. Dialah Abu al-Qasim Maslama al-Majriti, ilmuwan Muslim dari Andalusia, yang dikenal sebagai ahli astronomi, matematika, dan kimia terkemuka di abad ke-10.
Nama al-Majriti berarti "orang dari Madrid", kota yang saat itu menjadi bagian dari peradaban Islam di Spanyol. Lahir di masa keemasan Andalusia, ia tumbuh di tengah tradisi intelektual yang memadukan keindahan arsitektur, kecanggihan teknologi, dan kedalaman spiritualitas.
Al-Majriti adalah tokoh yang membawa ilmu-ilmu eksakta dari Timur ke Barat. Ia tak hanya menerjemahkan karya-karya besar dari dunia Islam Timur dan Yunani klasik, tetapi juga menyempurnakannya. Salah satunya adalah revisi dan komentar terhadap Zij al-Sindhind, tabel astronomi penting dari India yang kemudian menjadi referensi utama astronomi di dunia Islam Barat.
Di bidang matematika, ia dikenal karena mengembangkan ilmu aljabar, serta memperkenalkan penggunaan angka desimal dalam perhitungan ilmiah di Andalusia. Ia juga menulis tentang keuangan dan akuntansi dengan metode yang teratur, menjadi salah satu fondasi awal dalam sistem ekonomi Islam yang rasional dan bertanggung jawab.
Tapi yang membuat al-Majriti istimewa bukan hanya ilmunya, melainkan sikapnya terhadap ilmu. Ia melihat angka bukan sekadar simbol, tetapi bahasa alam yang bisa menghubungkan manusia dengan kebesaran Tuhan. Ia adalah ahli kimia yang tidak tergoda oleh ilusi emas, tapi mencari kebenaran melalui eksperimen dan penalaran.
Ia juga dikenal sebagai pelopor eksperimen sistematik dalam kimia, jauh sebelum metode ilmiah modern dikenal luas. Ia mencatat reaksi-reaksi kimia secara rinci, mengembangkan pendekatan ilmiah dalam observasi, dan menolak takhayul yang tak berdasar dalam praktik kimia, sebuah keberanian intelektual di masanya.
Dalam bidang filsafat dan ilmu keislaman, al-Majriti menulis tentang hubungan antara ilmu dan wahyu, antara akal dan iman. Ia percaya bahwa alam semesta adalah manifestasi dari kebijaksanaan Ilahi yang bisa dibaca oleh siapa saja yang bersungguh-sungguh mencarinya dengan cahaya ilmu.
Al-Majriti juga mendirikan sekolah ilmiah di Cordoba, yang kelak melahirkan murid-murid besar seperti al-Zarqali dan banyak lainnya. Sekolah ini menjadi pusat pencerahan di Barat Islam, tempat ilmu bukan sekadar bahan hafalan, tapi latihan jiwa untuk memahami ciptaan-Nya.
Warisan al-Majriti menyebar ke seluruh Eropa. Karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dan menjadi referensi penting bagi ilmuwan Eropa di masa Renaissance. Namun sejarah sering lupa menyebut sumber aslinya: seorang Muslim dari Madrid yang menulis ilmu dengan ketekunan dan kesalehan.
Dari Al-Majriti, kita belajar bahwa ilmu tak mengenal batas wilayah, tapi selalu lahir dari ketulusan pencarian. Ia tidak memburu nama besar, tapi jejak karyanya menembus zaman. Di tengah dunia yang haus popularitas, al-Majriti mengingatkan kita bahwa bintang-bintang paling terang justru bersinar diam-diam dari langit yang tinggi.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.