Pada hari Sabtu, 07 Juni 2025, langit Semanu bersaksi atas sebuah peristiwa yang lebih dari sekadar seremoni. Di tanah yang tenang dan bersahaja, Ngebrak Timur menjadi saksi bisu tasyakuran sekaligus peresmian SMA LHI Boarding School. Dalam suasana penuh haru dan khidmat, pita pun dipotong, bukan hanya sebagai simbol peresmian, tetapi sebagai isyarat dimulainya perjalanan suci dalam dunia pendidikan. Diiringi lantunan doa dan harapan dari hati yang paling dalam, hari itu bukan hanya milik LHI, tetapi milik masa depan, milik anak-anak bangsa yang akan dibesarkan dengan ilmu dan iman.
Senyum tak hanya tergambar di wajah para tamu undangan, tetapi juga pada wajah-wajah masyarakat sekitar yang menerima daging qurban dengan penuh syukur. Sebuah aksi yang sederhana, namun penuh makna bahwa pendidikan sejati harus berakar pada kasih, berbunga pada kepedulian. Dari momen ini kita belajar, bahwa LHI bukan hanya tentang bangunan sekolah yang baru, melainkan tentang membangun peradaban yang berpihak pada nilai-nilai luhur.
Dalam kesempatan penuh syukur tersebut, diumumkan pula sebuah wujud nyata kepedulian sosial dari SMA LHI Boarding School kepada masyarakat sekitar, sebuah unit ambulans gratis yang disediakan dan siap siaga setiap saat. Kendaraan ini bukan sekadar fasilitas, melainkan bentuk kasih yang bergerak, simbol bahwa keberadaan SMA LHI tidak hanya untuk mendidik di dalam kelas, tetapi juga untuk melayani di luar pagar sekolah. Ambulans ini terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan, kapan saja, sebagai bagian dari komitmen LHI untuk menjadi sekolah yang tumbuh bersama, hadir dalam suka maupun duka masyarakat, dan terus menebar manfaat di jalan-jalan kemanusiaan.
LHI sendiri bukanlah nama yang baru ditanam. Ia telah tumbuh sejak 2008, saat SDIT LHI pertama kali berdiri. Di tahun itu, benih pendidikan berbasis nilai mulai disemai dengan cinta. Dan waktu tak pernah diam, tahun 2014 datang dengan kabar gembira, SMPIT LHI dibuka di Banguntapan, Bantul, menjawab kerinduan akan pendidikan yang menyeimbangkan akal dan nurani. Di bawah naungan Yayasan Pionir Pendidikan Indonesia, mereka melangkah, bukan dengan gegap gempita, tetapi dengan keteguhan yang hening dan dalam.
Kini, setelah enam belas tahun berjalan di jalan yang tak selalu mudah, LHI kembali meluaskan pelukannya. SMA LHI Boarding School hadir bukan karena ambisi membesar, tetapi karena cita-cita yang tumbuh bersama waktu. Ia adalah kelanjutan dari komitmen panjang, komitmen untuk tidak hanya mencetak siswa yang cerdas, tetapi juga membentuk pribadi yang hidup dalam cahaya petunjuk Ilahi. SMA LHI bukan sekolah biasa. Ia adalah rumah bagi ruh Al-Qur’an, bagi anak-anak yang ingin belajar tidak hanya untuk tahu, tapi untuk menjadi.
Sebagai puncak dari sistem pendidikan LHI yang terintegrasi sejak usia dini, SMA ini didesain sebagai tempat di mana intelektualitas bertemu dengan spiritualitas. Di dalamnya, anak-anak diajak untuk memahami siapa diri mereka, mengapa mereka ada, dan untuk apa mereka hidup. Pendidikan yang diberikan bukan semata-mata mengejar nilai rapor, tetapi mengejar makna. Di sinilah, pendidikan holistik integral menjadi napas sehari-hari, sebuah kurikulum khas yang tak hanya menyentuh otak, tapi juga menyapa jiwa.
Lingkungan sekolah bukan tempat yang mengekang, tetapi ruang yang merangkul. Setiap anak diberi kesempatan untuk tumbuh dalam irama mereka sendiri. Ada yang terpanggil di dunia sains, ada yang jatuh cinta pada seni, ada pula yang menyinari jalan teknologi atau kepemimpinan. Tak ada yang dibatasi, asalkan semua tumbuh di atas tanah nilai-nilai Islam. Di sinilah anak-anak diberdayakan, diajak berdialog dengan dirinya sendiri dan dengan dunia.
SMA LHI meyakini bahwa pemimpin masa depan tak lahir dari hafalan, tapi dari pemahaman. Maka mereka tidak hanya diajari teori, tetapi juga diberi ruang untuk mengalami. Melalui pendekatan berbasis proyek, para siswa belajar bahwa hidup adalah rangkaian tindakan, bukan hanya rencana. Mereka menanam pohon, memimpin kegiatan, menyusun program sosial, semua untuk menyiapkan diri menjadi pelaku kehidupan yang aktif dan penuh makna.
Tak cukup dengan pengetahuan lokal, SMA LHI juga menyiapkan siswa menembus batas dunia. Pendidikan bilingual menjadi kunci, bahasa Inggris bukan hanya alat, tetapi jembatan untuk menyampaikan nilai-nilai luhur kepada dunia. Dengan kurikulum yang menggabungkan kesiapan akademik dan keterampilan hidup, mereka disiapkan untuk melangkah ke perguruan tinggi, baik di negeri maupun di luar negeri, tanpa kehilangan identitas.
Namun yang paling istimewa dari SMA LHI bukanlah teknologinya, bukan pula fasilitasnya, melainkan visinya. Ia tidak hanya ingin meluluskan siswa yang pintar, tetapi siswa yang mampu menjadi cahaya di manapun mereka berada. Karakter mereka dibentuk dalam keseharian, bukan lewat ceramah kosong, tetapi lewat contoh hidup, keteladanan, dan interaksi yang penuh kasih.
Di sekolah ini, anak-anak tidak ditakut-takuti dengan masa depan, tapi dipeluk agar percaya bahwa mereka mampu menciptakan masa depan. Mereka tak dibesarkan dengan ambisi membabi buta, tetapi dengan tujuan yang jernih dan komitmen yang kuat. Mereka tumbuh dalam cinta, dalam disiplin, dalam dialog yang sehat antara ilmu dan iman.
SMA LHI adalah komunitas pembelajar, bukan hanya siswa yang belajar, tapi juga guru yang tak pernah berhenti bertumbuh. Para pendidiknya tidak sekadar mengajar mata pelajaran, tapi membimbing kehidupan. Mereka hadir sebagai teman dalam pencarian makna, sebagai penunjuk arah di tengah dunia yang sering membingungkan.
Pendidikan di sini bukan transaksional, tetapi relasional. Ada ikatan batin antara guru dan murid, antara ilmu dan kehidupan. Dan dari hubungan itulah lahir kekuatan besar, yaitu keyakinan bahwa belajar adalah bentuk ibadah, dan sekolah adalah salah satu ladang amal terbaik.
Para siswa SMA LHI bukan dipersiapkan untuk menjadi bagian dari arus, tetapi untuk menjadi pembuat gelombang. Mereka diharapkan menjadi pribadi yang membawa solusi, bukan menambah masalah, menjadi pelita dalam kegelapan, bukan bayang-bayang yang menyesatkan. Mereka tidak hanya diajari mencintai tanah air, tetapi juga diajarkan mencintai seluruh umat manusia.
Dengan pendekatan global citizenship, mereka diperkenalkan pada tanggung jawab sebagai warga dunia, bukan warga yang hedonis, tetapi warga yang peduli dan peduli. Mereka diajak memahami konflik, memahami perbedaan, dan belajar menjembatani, bukan menghakimi. Mereka adalah calon-calon jembatan perdamaian yang membawa nilai-nilai langit untuk kehidupan bumi.
Dan ketika kelak mereka lulus, mereka tak hanya membawa ijazah dan nilai ujian. Mereka membawa misi. Misi untuk menjadi anak-anak langit yang menjejak bumi. Mereka akan kembali ke masyarakat sebagai insan yang tidak hanya paham akan teori, tapi juga siap untuk menghidupkan nilai. Sebagai pemuda yang tahu bagaimana mencintai, memimpin, dan melayani.
Lebih dari itu, mereka diharapkan menjadi pribadi yang hadir dengan penuh arti. Tak hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk keluarganya, bangsanya, dan dunia yang tengah merindukan generasi tangguh dan penuh kasih. SMA LHI telah mengukir namanya hari ini, tapi sejatinya, ia sedang mengukir masa depan bangsa, satu jiwa mulia pada satu waktu.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.