Bayangkan kamu lagi scroll Instagram, lalu muncul story tentang perjalanan hidup manusia paling berpengaruh sepanjang masa, Nabi Muhammad ﷺ. Bukan sekadar nama di buku sejarah, tapi sosok nyata yang kisah hidupnya penuh perjuangan, cinta, drama, dan kebijaksanaan. Sirah Nabawiyah bukan cerita jadul yang usang, tapi timeline hidup seorang tokoh revolusioner yang patut di-follow oleh semua generasi, terutama generasi swipe seperti kita.
Kalau sekarang orang suka bikin konten “glow up transformation” Nabi Muhammad punya versi nyatanya. Dari anak yatim yang dibesarkan di pelosok Mekkah, tumbuh jadi pemimpin dunia yang membawa perubahan besar. Dan semua itu bukan terjadi dalam semalam, prosesnya panjang, penuh tantangan, dan relate banget sama perjuangan kita hari ini.
Di masa remaja, beliau dikenal sebagai al-Amin, orang terpercaya. Gak pakai viral-viral-an, reputasinya dibangun dari akhlak dan konsistensi. Bayangkan, di tengah lingkungan yang rusak, beliau tetap bersih. Ini reminder buat kita bahwa jadi “beda” bukan berarti salah, kadang justru itu yang bikin kita bernilai.
Cinta? Ada. Hubungan Nabi dengan Khadijah adalah definisi hubungan yang sehat dan saling dukung. Di usia 25 tahun, beliau menikah dengan seorang perempuan tangguh, pebisnis sukses, dan penuh cinta. Dari hubungan ini kita belajar: cinta itu bukan drama, tapi support system.
Perjuangan dakwah Nabi bukan sekadar “ceramah,” tapi perjuangan membalik mindset masyarakat. Beliau menghadapi bullying, cancel culture, bahkan ancaman nyawa. Tapi beliau tetap tenang, sabar, dan fokus pada visi. Ini bukan sekadar motivasi, tapi pelajaran strategi hidup dari seorang visioner sejati.
Nabi juga tahu rasanya kehilangan. Beliau kehilangan orang-orang terdekat: pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah di tahun yang sama. Tapi justru dari situ kita lihat kekuatan emosional beliau, tetap teguh dalam badai. Ini relevan banget buat kita yang sering merasa rapuh saat diuji.
Hijrah? Bukan sekadar pindah tempat. Itu momen rebranding besar-besaran. Nabi membangun peradaban dari nol di Madinah. Beliau tidak hanya bicara agama, tapi juga ekonomi, hukum, toleransi, bahkan strategi politik. Kalau ada yang bilang Islam gak nyambung sama dunia modern, mungkin belum baca Sirah dengan kacamata yang tepat.
Generasi sekarang butuh role model yang nyata, bukan sekadar influencer dengan filter. Nabi Muhammad ﷺ adalah figur autentik yang bisa dijadikan panutan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Beliau tidak hanya relevan di masanya, tapi juga hari ini, tinggal kita yang perlu “connect ulang” ke timeline-nya.
Bayangkan kalau kisah Nabi ditampilkan seperti story Instagram: ada momen bahagia, sedih, dramatis, penuh hikmah. Sirah Nabawiyah bisa jadi kompas hidup, bukan dongeng masa lalu. Kita hanya perlu menyajikannya dalam bahasa yang dekat dengan keseharian, bukan menghilangkan nilai, tapi menghidupkan makna.
Yuk, geser timeline kita sejenak dari konten-konten kosong ke kisah yang benar-benar mengisi jiwa. Sirah Nabawiyah bukan hanya untuk dihafal, tapi untuk direnungkan dan dicontoh. Karena saat kita mulai memahami jejak langkah Nabi, kita mulai memahami arah hidup kita sendiri.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.