Pernahkah engkau terbangun di keheningan malam, saat dunia masih tenggelam dalam sunyinya? Ketika jam menunjukkan waktu yang masih terlalu dini untuk bangun, lalu engkau membalikkan badan dan menarik selimut kembali? Mungkin kau kira itu hanya kebetulan, atau sekadar gangguan tidur belaka. Namun tahukah engkau, ada pesan lembut yang disisipkan dalam bangunnya engkau di sepertiga malam itu?
Itu bukan sekadar waktu kosong. Bukan juga kesia-siaan semata. Itu adalah undangan halus dari Sang Pencipta, yang tak pernah lelah mencintaimu, meski engkau berkali-kali lupa pada-Nya. Ia mengetuk pintu hatimu, di waktu paling sunyi, saat tidak ada seorang pun yang melihat, mendengar, atau menilai. Hanya ada engkau dan Dia. Dalam kesenyapan itu, ada kerinduan Tuhan padamu.
Allah merindukan suaramu. Rindu mendengar keluh kesahmu yang selama ini hanya kau pendam sendiri. Rindu pada bisikan doa-doamu yang dulu sering kau panjatkan saat engkau masih lugu dan begitu percaya pada pertolongan-Nya. Rindu mendengarmu menangis bukan karena dunia, tapi karena rindu kepada-Nya. Dan kini, Ia memanggil lagi. Tapi engkau, sering kali, lebih memilih tidur.
Betapa sering engkau mengabaikan panggilan itu. Panggilan yang begitu lembut, tanpa paksaan, tanpa ancaman. Tidak seperti panggilan manusia yang kadang menuntut dan menyakitkan. Allah hanya ingin mendengar. Allah hanya ingin menemani. Tapi engkau memilih kembali tenggelam dalam mimpi, padahal kenyataan terindah menantimu dalam sujud panjang yang tak perlu banyak kata.
Malam itu, saat engkau kembali terbangun untuk kedua kalinya, ketahuilah, itu bukan gangguan. Itu cinta yang tak pernah putus. Itu bukti bahwa Allah belum menyerah memanggilmu pulang. Ia tahu hatimu lelah. Ia tahu banyak beban yang kau sembunyikan. Maka Ia ingin kau curahkan semuanya, pada-Nya saja, dalam keheningan yang hanya engkau dan Dia yang tahu.
Jika engkau tahu, betapa rindu-Nya Allah mendengar namamu disebut dalam doa. Betapa rindunya melihat matamu basah karena cinta, bukan luka dunia. Betapa rindunya melihat tanganmu menengadah, bukan menahan beban sendirian. Engkau mungkin merasa tak layak. Tapi justru karena merasa hina, engkau jadi begitu mulia di hadapan-Nya.
Tak perlu menunggu sempurna untuk bersimpuh. Tak perlu hafal semua doa untuk bicara. Ucapkan saja dari hatimu yang paling jujur. Ceritakan apa pun: ketakutan, kesedihan, harapan, bahkan kegagalanmu. Allah bukan menunggu kata-kata indah, tapi kejujuran hati. Dalam setiap hela napasmu di malam yang hening, ada pintu rahmat yang terbuka lebar untukmu.
Wahai jiwa yang sering merasa sendiri, tidakkah engkau sadar bahwa engkau tidak pernah benar-benar ditinggalkan? Allah tak pernah tidur. Tak pernah lalai. Tak pernah menjauh, kecuali saat engkau yang menjauh. Maka malam itu, saat matamu terbuka di antara gelap, itu bukan kehampaan. Itu adalah pelukan-Nya yang tak terlihat.
Jangan tunggu luka terlalu dalam untuk bersujud. Jangan tunggu dunia benar-benar meninggalkanmu untuk mendekat. Saat engkau terbangun di malam hari tanpa sebab yang jelas, coba duduk sejenak. Rasakan detak jantungmu. Dengarkan sunyi. Dan sadarilah, Tuhan sedang menanti. Ia tidak meminta apa-apa, selain sedikit waktumu… dan hatimu yang kembali.
Dan jika malam nanti engkau kembali terbangun, jangan abaikan. Bukan karena engkau istimewa, tapi karena Allah Maha Kasih. Ia masih memanggilmu, dengan sabar, dengan cinta yang tak pernah pudar. Jangan buat panggilan itu sia-sia lagi. Bangkitlah, wudhu-lah, dan kembalilah dalam pelukan Tuhanmu. Sebelum engkau tak bisa bangun lagi.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.