Perjalanan hidup ini bukan tentang seberapa cepat kita sampai, tetapi tentang bagaimana kita bertumbuh selama menapakinya. Kadang, langkah terasa berat, hati terasa sesak, dan dunia seperti tak berpihak. Tapi tidak apa-apa. Istirahatlah sejenak jika lelah. Menangislah bila perlu. Tidak ada yang memaksa kita untuk selalu kuat. Namun yang penting, jangan berhenti. Karena perjalanan ini belum selesai, dan ada banyak keindahan yang menanti di depan sana—asal kita mau terus melangkah.
Dalam hidup, tidak semua hal harus berjalan cepat dan terang. Justru seringkali, proses paling bermakna terjadi dalam diam, dalam gelap, dan dalam sunyi. Layaknya benih yang ditanam di tanah yang gelap dan sempit—ia tidak protes, tidak menyerah. Ia diam dan bertahan, menunggu waktu yang tepat hingga akhirnya tumbuh, menembus tanah, dan memperlihatkan dirinya sebagai pohon yang kuat. Kita pun begitu. Di masa-masa sulit, Tuhan sedang menempa kita. Meskipun kita merasa tersembunyi, sebenarnya kita sedang disiapkan.
Tanah kerendahan itu bukan tempat kehinaan, tapi tempat pembentukan. Saat hidup membuatmu merasa kecil, sepi, bahkan tak terlihat, bisa jadi itulah momen di mana Tuhan sedang mengajarkan makna ketulusan, kesabaran, dan kekuatan sejati. Jangan terburu ingin bersinar di hadapan dunia, karena kilau yang cepat datang bisa cepat pula padam. Tapi jika cahaya itu tumbuh dari dalam—dari jiwa yang telah ditempa—maka ia akan bersinar dengan tenang dan bertahan lama.
Setiap luka, setiap kegagalan, setiap keraguan adalah bagian dari proses menjadikanmu versi terbaik dari dirimu sendiri. Maka rangkullah rasa sakit itu, bukan sebagai musuh, tapi sebagai guru. Jangan malu dengan perlahanmu, karena kecepatan bukan ukuran keberhasilan. Ukurannya adalah ketulusan dalam melangkah, meski tertatih, tapi tak pernah benar-benar menyerah.
Percayalah, Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan air mata dan kesabaran yang kau tanam di saat-saat paling gelap. Pada waktunya, semua akan mekar indah. Jadi, nikmati perjalanannya. Istirahat bila lelah, tapi jangan berhenti. Karena potensi terbaikmu bukan muncul di puncak, tapi tumbuh dari dasar yang dalam, dari kerendahan yang kau terima dengan ikhlas, dan dari kesabaran yang kau pelihara diam-diam.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.