Berbahagialah kamu yang tetap memilih menjadi baik meski dunia membalas dengan dingin, sebab di balik setiap langkah yang sunyi, ada cahaya langit yang mengiringi dan hanya jiwa pilihan yang sanggup berjalan dalam kebaikan tanpa tepuk tangan, namun tetap percaya bahwa Allah melihat segalanya.
Ada kalanya langkahmu terasa sunyi di antara keramaian. Ketika tanganmu mengulur, namun tangan-tangan lain enggan tergerak. Saat hatimu memilih memberi, sementara yang lain sibuk menakar untung dan rugi. Maka jangan buru-buru merasa asing, karena tidak semua manusia diberi hati yang sama untuk melihat kebaikan sebagai jalan pulang.
Kebaikan, meski kecil, adalah cahaya. Ia tidak berisik, tidak meminta dipuji. Ia hanya ingin hidup di hati manusia yang bersedia menampung cahaya Tuhan. Bila kamu tetap setia berjalan di atas jalan itu, sementara sekelilingmu memilih arah sebaliknya, percayalah ada sesuatu yang lebih tinggi sedang bekerja dalam dirimu.
Tidak semua orang dipanggil untuk menjadi lilin di tengah gelap. Tidak semua diberi kekuatan untuk bertahan menyalakan cahaya, meski dirinya sendiri perlahan meleleh. Jika kamu termasuk yang terus menyala, meski sendiri, itu bukan sekadar pilihan… itu adalah penunjukan dari langit.
Ketika kamu berbuat baik dan balasannya bukan terima kasih, tapi caci. Saat kamu tulus menolong, namun di belakangmu diragukan. Hati manusia bisa hancur oleh pengkhianatan, namun hati yang ditopang oleh cinta Tuhan akan tetap teguh, karena ia tahu yang mencatat bukan manusia, tapi langit.
Barangkali kamu tak akan pernah disebut dalam cerita mereka. Barangkali namamu tak tercatat dalam ucapan syukur mereka. Tapi apa gunanya pujian dunia, jika Allah telah menuliskanmu dalam daftar hamba-hamba yang dikasihi-Nya? Apa arti sorak-sorai fana, jika Dia yang Abadi telah memanggilmu dengan lembut dalam diam?
Jangan sesali kesendirianmu dalam berbuat baik. Sebab keheningan itu adalah ruang paling jernih untuk mendengar suara-Nya. Dalam sepi itulah, kamu akan sadar bahwa kebaikan sejati tidak butuh penonton, tidak menuntut pengakuan. Ia cukup tahu bahwa ia hidup karena cinta.
Allah tidak memilih sembarang jiwa untuk tugas ini. Hanya hati yang pernah patah namun tetap lembut. Hanya jiwa yang pernah direndahkan namun tetap memilih untuk mengangkat. Hanya mereka yang tahu luka, namun tetap ingin menjadi obat bagi luka orang lain, mereka yang layak dijadikan jalan rahmat-Nya.
Maka jika kamu masih mampu sabar, meski tak dibalas. Jika kamu masih ingin memberi, meski sering dilupakan. Jika kamu masih bisa memaafkan, padahal kamu berhak marah, ketahuilah, kamu sedang diproses menjadi kekasih Tuhan. Dan itu adalah anugerah yang hanya diberikan pada jiwa-jiwa pilihan.
Tetaplah menjadi baik, meski dunia menganggapmu lemah. Tetaplah menjadi cahaya, meski malam tak kunjung berganti. Karena kelak, ketika seluruh manusia sibuk menimbang amal mereka dengan gelisah, kamu akan tersenyum… sebab jalanmu mungkin sepi, tapi Tuhan senantiasa bersamamu.
Dan di akhir perjalanan, ketika semua pertanyaan tentang hidup menemukan jawabannya, kamu akan tahu: setiap kebaikan yang kamu lakukan bukan sia-sia. Setiap air mata yang kamu sembunyikan di balik senyum, telah menjadi permata di mata Tuhan. Karena kamu telah dipilih… dan mereka yang dipilih, tak pernah berjalan sendirian.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.