Fihi Ma Fihi - Jaluddin Rumi
Fihi Ma Fihi - Jaluddin Rumi
Fihi Ma Fihi adalah jendela ke dalam dunia batin seorang arif yang telah melebur dalam hakikat. Melalui dialog dan kisah-kisah yang tampak sederhana, Rumi membongkar ilusi dualitas antara aku dan Dia, antara dunia dan akhirat. Ia mengajak pembaca menyelami realitas yang lebih dalam dari sekadar bentuk; bahwa segala yang tampak adalah bayangan dari Yang Tak Terbatas. Dalam setiap untaian kata, ia menegaskan bahwa kebenaran bukanlah sesuatu yang dapat dimiliki, melainkan dialami melalui kefanaan ego dan keheningan pikiran.
Di setiap halaman Fihi Ma Fihi, Rumi menaburkan benih-benih kebijaksanaan yang tumbuh dari kedalaman jiwa yang telah menyatu dengan Sang Kekasih. Ia bicara tentang cinta bukan sebagai rasa, melainkan sebagai jalan pulang menuju hakikat diri. Kata-katanya meluncur seperti aliran sungai menuju samudra makna—mengajarkan bahwa yang tampak fana hanyalah tirai, sedang yang abadi adalah cahaya yang mengalir di baliknya. Dalam percakapannya yang sederhana, terselip samudra makrifat yang mengajak manusia merenung tentang siapa dirinya, dan kepada siapa ia harus kembali.
Rumi, lewat untaian dalam Fihi Ma Fihi, tidak menggurui dengan suara tinggi, melainkan merayu jiwa yang lupa untuk kembali mendengar bisikan ilahi. Ia membuka rahasia hubungan manusia dengan Tuhan, membongkar lapisan-lapisan ego, dan menunjukkan bahwa di balik logika yang keras, terdapat taman batin tempat keheningan berbicara lebih jujur. Buku ini bukan sekadar bacaan, melainkan cermin yang memantulkan wajah ruhani bagi siapa pun yang berani memandangnya dengan mata hati yang jernih.
Rumi tidak berbicara dari menara doktrin, tetapi dari ruang hening pengalaman mistik, di mana makna mengalir bukan dari buku, melainkan dari kebersatuan dengan Wujud Mutlak. Fihi Ma Fihi bukan sekadar teks, tapi cermin kesadaran yang menantang pembacanya untuk bertanya: Siapa aku sebelum nama, sebelum bentuk, sebelum segala konsepsi? Ia menunjukkan bahwa hakikat bukanlah sesuatu yang dicapai, tapi disingkap ketika tabir diri ditanggalkan dan yang tersisa hanyalah Cinta yang menyala dalam keabadian.