Allah itu sayang sekali padamu. Sayang yang tak pernah surut, meski engkau sering lupa, sering menjauh, bahkan terkadang engkau berpaling tanpa alasan. Cinta-Nya tidak seperti cinta manusia yang penuh syarat dan batas. Cinta-Nya luas, dalam, dan tak bersyarat. Saat engkau jatuh, Allah mengulurkan tangan. Saat engkau hancur, Allah hadir memelukmu dalam keheningan malam. Pernahkah engkau merasa, bahwa hidupmu masih utuh hanya karena Dia tidak pernah meninggalkanmu?
Allah selalu merindukanmu. Bukan karena Dia butuh, tapi karena Dia tahu engkau yang membutuhkan-Nya. Di setiap detik yang engkau habiskan untuk dunia, Dia menantimu di sepertiga malam, dengan lembut memanggil namamu tanpa suara. Allah tak pernah lelah menunggumu bersujud, menatap bumi dengan hati yang tulus. Sementara engkau, terlalu sibuk mencari cinta yang semu. Tidakkah engkau ingin kembali, walau hanya sebentar, menenangkan jiwamu dalam pelukan dzikir?
Cintamu, sebesar apa? Apakah cintamu kepada Allah seperti cintamu pada dunia yang fana ini? Atau seperti rindumu pada seseorang yang bahkan tak menjamin bahagiamu? Allah mencintaimu dengan tulus, dengan rahmat yang meliputi langit dan bumi. Sementara engkau, terkadang baru menyebut nama-Nya ketika luka datang, saat harapan manusia kandas. Tapi tahukah engkau? Bahkan dalam kelalaianmu, Allah tetap menjagamu.
Kasih sayang Allah itu jauh lebih besar dari cinta seorang ibu kepada anaknya. Ibu bisa marah, kecewa, bahkan putus asa. Tapi Allah, tidak. Setiap dosa yang engkau lakukan, masih bisa terampuni jika engkau kembali. Setiap air mata yang jatuh, ditampung-Nya dalam samudra rahmat. Setiap luka yang engkau rasakan, disembuhkan-Nya perlahan. Betapa besar cinta itu, namun seringkali tak terbalas.
Tanda orang beriman, adalah ketika nama Allah disebut, hati mereka bergetar. Getaran itu bukan hanya rasa takut, tetapi rindu, haru, dan cinta yang dalam. Seperti saat engkau jatuh cinta pada seseorang, namanya saja membuatmu diam dan tersenyum. Apakah nama Allah sudah mampu membuat jiwamu gentar, hatimu tunduk, dan air matamu jatuh tanpa sebab?
Pernahkah engkau duduk dalam sunyi, lalu nama Allah melintas dalam pikiranmu, dan tanpa sadar dadamu terasa sesak oleh rindu? Pernahkah engkau menangis bukan karena luka manusia, tapi karena merasa jauh dari Tuhan yang begitu lembut? Rasa itu tak bisa dipaksakan. Ia muncul saat hati benar-benar mengenal Tuhannya. Saat engkau telah sampai pada titik, di mana dunia tak lagi bisa menghiburmu selain hadir-Nya.
Cinta kepada Allah bukan sekadar ucapan. Ia adalah perjuangan, pengorbanan, dan kerelaan untuk mencintai meski tak selalu mengerti takdir-Nya. Kadang Allah mencintaimu dengan cara yang tidak kau suka. Dengan kehilangan, dengan kegagalan, bahkan dengan sakit yang engkau tangisi. Tapi percayalah, setiap luka yang datang dari-Nya adalah bentuk kasih yang belum bisa engkau pahami hari ini.
Lihatlah bagaimana Allah menuliskan setiap takdirmu dengan sempurna. Langit tidak pernah salah dalam menjatuhkan hujan, sebagaimana Allah tidak pernah salah dalam mengatur hidupmu. Jika hari ini terasa berat, bisa jadi itu cara Allah memanggilmu. Agar engkau bersandar bukan pada manusia, tetapi pada-Nya yang tak pernah mengecewakan.
Sebutlah nama-Nya, dan biarkan hatimu bicara. Biarkan air matamu jatuh tanpa malu, karena kepada-Nya, engkau tak perlu pura-pura kuat. Allah tidak menilaimu dari tampilan, tapi dari hatimu yang mengingat dan mencintai-Nya, meski dalam diam. Bahkan ketika engkau tidak sanggup berdoa, Allah sudah tahu apa yang engkau butuhkan. Bukankah itu bentuk cinta paling indah?
Maka hari ini, kembalilah. Bukan karena engkau sempurna, tapi karena Allah tidak pernah menolak hambanya yang pulang. Datanglah dalam segala kelemahanmu, karena Allah lebih dekat dari urat lehermu. Cinta-Nya tak menuntut balasan setimpal, cukup engkau berusaha mendekat. Karena sesungguhnya, saat engkau melangkah satu jengkal, Allah datang satu hasta. Saat engkau berjalan, Allah berlari. Dan ketika engkau mengetuk, Allah telah lama membuka.
Author : Marta Jaya,S.Pd.,M.Pd.